Kemampuan Teknologi Kompetensi Guru Abad 21



Peningkatan Kemampuan Teknologi Guru dalam Pembelajaran untuk Meningkatkan Kompetensi Guru di Abad ke-21 Melalui Pelatihan

Permasalahan mengenai guru yang bukan saja dalam menyusun dokumen kurikulum dan juga tidak hanya berkutat dengan prinsip-prinsip pengajaran dan kaidah belajar mengajar, tetapi juga meletakan hakekat guru sebagai konseptor, kreator, desainer kurikulum dan planner kegiatan pembelajaran tanpa kehilangan landasan filosofi pendidikan dan pegangan prinsip-prinsip pedagogi yang memandang siswa sebagai subjek didik dengan meningkatkan kemampuan teknologi pada pembelajaran yang harus dimiliki untuk menghadapi abad ke-21. Teknologi sudah berkembang pesat dan tidak dapat dihindari lagi. Seorang guru tidak boleh apatis dalam menghadapi era digital ini. Kecepatan siswa dalam menguasai internet dan media sosial lain tentu sangat cepat dan guru juga harus memiliki kemampuan untuk menyeimbangkan hal tersebut. Tidak ada kata terlambat, entah itu sudah tua, tidak memiliki handphone atau laptop atau gagap teknologi. Manusia sudah ditakdirkan sebagai mahluk pembelajar dari mulai lahir sampai mati. Teknologi sudah wajib dihadirkan seorang guru ke dalam kelas agar siswa menjadi lebih antusias dalam belajar. Tujuan dari tulisan ini, untuk meningkatkan kemampuan teknologi guru dalam pembelajaran dalam kompetensi guru di abad ke-21. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif  kualitatif  dengan instrumennya menggunakan Literatur Analisis Isi. Hasil dari tulisan ini, yaitu guru mampu menggunakan teknologi dalam pembelajarannya setelah melakukan Pelatihan Kemampuan Teknologi Guru dalam Pembelajaran untuk Meningkatkan Kompetensi Guru di Abad ke-21.

Kata kunci : Teknologi dan Pembelajaran, Kemampuan Teknologi Guru dalam Pembelajaran, Kompetensi Guru di Abad ke-21, Pelatihan

A.     Introduction
Guru saat ini menghadapi tantangan yang lebih berat dari sebelumnya. Guru yang bukan saja menyusun dokumen kurikulum dan juga tidak hanya berkutat dengan prinsip-prinsip pengajaran dan kaidah belajar mengajar yang hanya mendudukan siswa sebagai peserta didik, tetapi juga meletakan hakekat guru sebagai konseptor, kreator, inisiator, desainer kurikulum dan perancang kegiatan pembelajaran tanpa kehilangan pijakan filosofi pendidikan dan pegangan prinsip-prinsip pedagogi yang memandang siswa sebagai subjek didik. Menurut Darling (2006), menyebutkan bahwa “guru menghadapi siswa yang jauh lebih beragam, materi pelajaran yang lebih kompleks dan sulit, standar proses pembelajaran dan juga tuntutan capaian kemampuan berfikir siswa yang lebih tinggi”.
Di abad 21 ini, guru dituntut tidak hanya mampu mengajar dan mengelola kegiatan kelas dengan efektif, namun juga dituntut untuk mampu membangun hubungan yang efektif dengan siswa dan komunitas sekolah, menggunakan teknologi untuk mendukung peningkatan mutu pengajaran, dalam Darling (2006). Maka dari itu, guru abad 21 haruslah memiliki kemampuan berteknologi untuk meningkatkan pembelajarannya di dalam kelas.
Pembelajaran abad 21 menjadi keharusan untuk mengintegrasikan teknologi pada pengelolaan pembelajaran dan perubahan karateristik siswa. Karateristik siswa abad 21 sangat berbeda dengan siswa era sebelumnya. Pada abad 21 ini siswa harus memiliki keterampilan 4 C (Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity and Innovation). Keterampilan ini sudah semestinya tercermin dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh seorang guru. Perkembangan ilmu pengetahuan yang luar biasa ini, terutama di bidang Teknologi yang serba canggih, membuat dunia ini semakin sempit karena kecanggihan teknologi yang berasal dari berbagai sudut dunia mampu diakses dengan cepat oleh siapapun dan dari manapun.
Berdasarkan beberapa hasil survey dalam penggunaan teknologi di Indonesia menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia yang diterbitkan pada oktober 2016, Penggunaan Internet Indonesia berdasarkan rentang usia sekolah 15-19 tahun penggunaannya 12,5 juta jiwa / 64% dan 10-14 tahun penggunannya 568 ribu jiwa/ 1 %. Indonesia pun berada ditingkat keempat pengguna internet Asia, menurut situs riset Internet World Stats pada november 2015, pengguna internet di Tanah Air mencapai 78 juta jiwa. Pada Digital in 2017 Global Overview, Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang masyarakatnya aktif dalam menggunakan internet (internet users 51%), aktif dalam menggunakan sosial media (active social media users 40%) dan aktif dalam berlangganan video/youtube (mobile subscription 142%). Berdasarkan hasil survey 2016 menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia yang diterbitkan pada november 2016 menyatakan bahwa perilaku pengguna internet Indonesia dalam browser yang digunakan adalah 66,6% menggunakan Google Chrome, 22% menggunakan Mozilla, 7,2% menggunakan Internet Explorer, 2,6% menggunakan Safari, 0,4% menggunakan Opera Mini, dan 0,3% menggunakan UC Browser.
Hasil survey di atas menunjukkan bahwa Indonesia sudah tidak asing dengan menggunakan teknologi. Teknologi sudah berkembang pesat dan tidak dapat dihindari lagi. Seorang guru tidak boleh apatis dalam menghadapi era digital ini. Kecepatan siswa dalam menguasai internet dan media sosial lain tentu sangat cepat dan guru juga harus memiliki kemampuan untuk menyeimbangkan hal tersebut. Tidak ada kata terlambat, entah itu sudah tua, tidak memiliki handphone atau laptop atau gagap teknologi. Manusia sudah ditakdirkan sebagai mahluk pembelajar dari mulai lahir sampai mati. Teknologi sudah wajib dihadirkan seorang guru ke dalam kelas agar siswa menjadi lebih antusias dalam belajar.
Maka dari itu, guru dituntut untuk membaca tantangan pada masa kini. Guru haruslah memiliki kemampuan dalam menggunakan teknologi dalam pembelajarannya untuk meningkatkan kompetensi guru di abad ke 21.

B.      Literature Analisis Content
1.      Bagaimana Kemampuan Teknologi bagi Guru dalam Kegiatan Belajar dapat Meningkatkan Kompetensi Guru di Abad ke-21 melalui Pelatihan?
Kemapuan teknologi guru dalam pembelajaran, tidak lepas dari keterampilan abad 21 ini, dalam Daryanto & Karim (2016, hlm. 13-14), “keterampilan abad 21 adalah (1) life and acreer skills, (2) learning and innovation skills, dan (3) information media and technology skills” Ketiga keterampilan tersebut dirangkum dalam sebuah sekema yang disebut dengan pelangi keterampilan pengetahuan abad 21 atau 21st Century Knowledge Skills Rainbow, seperti gambar berikut :

Gambar 1. 21st Century Knowledge Skills Rainbow
Sumber : Partnership for 21st Century Skills

Pada kemampuan ketiga mengenai Information Media and Technology Skills (keterampilan teknologi dan media infromasi), meliputi (1) Information Literacy, (2) Media Literacy, dan (3) Information and Communication Technology Literacy.
Perkembangan dunia abad 21 ini ditandai dengan pemanfaatan teknologinya dalam segala segi kehidupan. Perkembangan teknologi pun menjadikan perubahan kualifikasi dan kompetensi tenaga kerja. Kualitas pendidikan di Indonesia pun saat ini masih rendah. Hal ini didukung oleh Daryanto & Karim (2016, hlm. 1), “memasuki abad 21 keadaan sumber daya manusia Indonesia tidak kompetitif”, sedangkan perkembangan dunia abad 21 ini ditandai dengan pemanfaatan teknologi dalam segala segi kehidupan, termasuk dalam proses pembelajaran.
Menurut International Society for Technology in Education dalam Daryanto & Karim (2016, hlm. 3-6), “karakteristik keterampilan guru abad 21 adalah dimana era informasi menjadi ciri utamanya”, hal ini lah yang menjadi dasar kemampuan dalam menggunakan teknologi dengan meningkatkan kompetensi guru di abad 21 ini melalui Pelatihan dalam menggunakan teknologi untuk pembelajaran. Sejalan dengan Sutrisno, E (2009, hlm. 67) menyatakan “pelatihan berkaitan dengan peningkatan kemampuan atau keterampilan karyawan yang sudah menduduki suatu pekerjaan dan tugas tertentu”. Menurut Keith Davis dan William B., Wether,Jr dalam Sendarmayanti (2016, hlm. 188) , “Training prepares people to do their present job and development prepares employees needed knowledge, skill and attitude”. Maksudnya, pelatihan mempersiapkan seseorang untuk melakukan pekerjaan saat ini dan mengembangkan serta mempersiapkan pegawai yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Pelatihan mengandung aspek penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu untuk menyiapkan para pekerjanya melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang pada saat itu sedang dihadapi. Tujuan umum program pelatihan, harus diarahkan untuk meningkatkan produktivitas suatu lembaga atau organisasi. Adapun, Tujuan umum dari pelatihan yaitu meningkatkan produktivitas organisasi melalui berbagai kegiatan, seerti mengembangkan pengetahuan, mengembangkan keterampilan/keahlian, mengembangkan atau merubah sikap.
Menurut Syamsudin, S (2006 hlm. 111) “Pelatihan dalam peningkatan kompetensi dilakukan agar dapat memberikan hasil yang sesuai dengan tujuan dan sasaran organisasi dengan standar kinerja yang telah ditetapkan. Berdasarkan sumbernya pelatihan terbagi menjadi dua kategori, yaitu a. In House atau on-site training In house training (IHT) berupa on the job training, seminar atau lokakarya, intruksi lewat media (video,tape, dan satelit) dan intruksi yang berbasis komputer, b. External atau outside training External training terdiri dari kursus, seminar, dan lokakarya yang diselenggarakan oleh asosiasi profesional dan lembaga pendidikan”.

2.      Previous Researches
Penelitian terdahulu tentang Kemampuan Teknologi Guru dalam Pembelajaran sebenarnya telah ditinjau oleh beberapa ahli. Hasil rata-rata dari penelitian terkait menunjukkan bahwa seorang guru yang memiliki kemampuan teknologi dalam pembelajaran dan memperolehnya melalui Pelatihan, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kompetensi guru.
Penelitian Ching Sing Chai & Siu-Cheung Kong dalam Professional Learning For 21st Century Education (2016), menyebutkan Pengembangan profesional bagi para guru selalu menjadi faktor utama yang memungkinkan transformasi yang terjadi dalam pendidikan. Untuk mengembangkan kompetensi para guru dalam pengajaran dan pembelajaran abad 21, banyak aspek yang harus dilihat. Mengembangkan keprofesionalan seorang guru melibatkan transformasi pengetahuan pada siswa dalam proses pembelajaran. Saat guru melakukan pembelajaran secara profesional berarti guru tersebut telah membangun suatu pengetahuannya untuk melakukan perubahan secara transformatif untuk perkembangan dalam proses pembelajaran terhadap siswa.
Penelitian Helen (2017) yang berjudul Smart Social Networking: 21st Century Teaching dan Learning Skills, menyebutkan bahwa guru di abad 21 ini haruslah cerdas dalam berteknologi, karena siswa yang dihadapi saat ini adalah generasi z, dimana siswa sudah lebih terbiasa menggunakan teknologi dan menggunakan media sosial atau jejaring sosial. Sebagai guru harus mampu mengikuti generasi z saat ini, dalam penelitian ini guru menggunakan jejaring sosial untuk proses pembelajaran dan evaluasi nya. Terbukti, seorang guru yang melakukan proses pembelajaran dan evaluasinya menggunakan jejaring sosial memiliki validadi yang otentik dalam keteampilan belajar siswanya.
Penelitian Katherine & Kimberly (2016) yang berjudul Teaching in a Digital Age: How Educators Use Technology to Improve Student Learning, menyebutkan seorang guru yang mengajar di era digital ini dapat meningkatkan pembelajaran. Pembelajaran secara digital dapat menarik perhatian siswa karena menampilkan fitur-fitur digital yang baru dilihat oleh siswa. Selain itu, guru yang menggunakan teknologi digital sangat dipermudah untuk mencari bahan ajar yang sudah tersedia di internet seperti teori-teori bahan ajar yang sudah dikemas menjadi media pembelajaran yang interaktif.
Penelitian Shufang & Nance (2018) dalam New Strategies for New Literacies: Digital Strategy Backpack Samplers, menyatakan teknologi yang dilibatkan dalam proses pembelajaran dimana siswa akan memecahkan masalah-masalah belajar didalam kelas karena teknologi akan terintegrasi dengan semua mata pelajaran.
Penelitian Gloria & Julie (2016) dalam Adventurous Lives: Teacher Qualities for 21st Century Learners, menyebutkan bahwa pola pikir seorang guru harus siap untuk menghadapi tantangan yang akan muncul di masa depan, tantangan tersebut salah satunya adalah tantangan dalam menghadapi pembelajaran abad 21.
Menurut Slameto (2017) dalam Peningkatan Kinerja Guru Melalui Pelatihan Beserta Faktor Penentunya, menyebutkan bahwa penelitian ini berhasil menemukan tingkat kinerja guru (peserta pelatihan) beserta faktor yang diduga menjadi penentunya. Sebagian besar mereka memiliki kinerja pada tingkat tinggi, memiliki tingkat kepemimpinan, memiliki kepedulian terhadap lingkungan, dan memiliki komitmen cukup baik. Penelitian ini menemukan komitmen guru terhadap perbaikan lingkungan sekolah menjadi penentu kinerjanya.
Menurut Kornelius (2014) dalam Pendidikan Dan Pelatihan Guru Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Di Smp Negeri 27 Sendawar Kabupaten Kutai Barat, mendapatkan hasil temuan di objek penelitian menunjukkan bahwa Pendidikan dan pelatihan guru yang dilakukan Sekolah Menengah Pertama Negeri 27 Sendawar Kabupaten Kutai Barat, mampu meningkatkan keterampilan dan keahlian para guru di lembaga tersebut. Hal tersebut dapat dikatahui dari jumlah guru yang memiliki legalitas pelatihan sesuai mata pelajaran yang dibinanya. Disamping itu dengan diberikan pelatihan dapat memacu semangat kerja guru-guru dalam meningkatan kualitas pendidikan dan hal tersebut dapat dilihat dari dua aspek: yaitu, (1) kecakapan dan pengetahuan tentang pekerjaan; serta (2) tingkat kematangan berpikir dalam menghadapi pekerjaan dan kejiwaan.
Menurut Junaidi (2015) dalam Upaya Meningkatkan Komptensi Guru Melalui Pendidikan Dan Pelatihan, menyebutkan Pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu bentuk kegiatan untuk pengembangan sumber daya manusia. Pada penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru melalui pendidikan dan pelatihan. Pelatihannya berupa peningkatan kompetensi guru salah satunya dalam menggunakan teknologi pada proses belajar mengajar. Hasil dari peningkatan kompetensi yang dicapai melalui pendidikan dan pelatihan untuk diklat reguler adalah 34,78%, sedangkan untuk diklat di tempat kerja adalah 13,57%, dengan demikian kedua jenis diklat dapat meningkatkan kompetensi guru.

C.      Method
Metode pada tulisan ini menggunakan metode Literatur dengan pendekatan Kualitatif. Menurut Sugiyono (2005, hlm. 239), “literarur merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang”. Sedangkan Menurut Sugiyono (2005, hlm. 1), “pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang di gunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti adalah instrumen kunci”.
Jenisnya menggunakan kualitatif deskriptif karena peneliti bertujuan memberikan pandangan yang lengkap mengenai subjek yang diteliti, menurut Sukardi (2007, hlm. 157), “deskriptif penelitian berusaha mengambarkan, menginterprestasikan dan mendeskripsikan atau menjelaskan objek, peristiwa maupun kejadian yang sedang berlangsung pada saat penelitian sesuai apa adanya”. Sedangkan menurut Whitney dalan Nadzir (1998, hlm.4),  “penelitian deskriptif adalah pencarian fakta dengan interprestasi yang tepat dengan tujuan untuk memberikan deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis factual, akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki”
Desainnya menggunakan riset pusataka atau  riset kepustakaan (library research). Menurut Zeid (2004, hlm. 1), “riset pustaka merupakan penelusuran pustaka sekaligus memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya”. Maka, riset pustaka adalah serangkaian kegiatan berupa pengumpulan data pustaka dengan membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Kegiatannya hanya pada bahan-bahan koleksi pustaka saja tanpa memerlukan riset lapangan.
Intrumennya menggunakan penelitian analisis literatur atau analisis isi. Analisis isi (content analysis) merupakan penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis. Koentjaraningrat (1990, hlm. 62), “mendefinisikan mengenai analisis isi bersifat deskriptif merupakan deskripsi isi-isi dengan cara melakukan perbandingan antar pesan”.
Adapun Proses dalam tulisan ini menggunakan teknik analisis dengan mengacu pada metode kualitatif Miles dan Huberman langkah-langkah penelitian literarur analisis isi, yaitu dengan menetapkan desain penelitian berupa pengumpulan data, disini ditetapkan, mereduksi data, enganalisis data, dan memberikan kesimpulan. Dalam pengumpulan datanya, penulis mengambil dari beberapa sumber terpercaya seperti buku, jurnal dan beberapa penelitian sebelumnya. Dari sumber-sumber tersebut, penulis menganalisis dengan memisahkan bagian mana yang mendukung dengan yang dikaji oleh penulis.

D.     Discussion and Result
Melalui program pelatihan, guru diberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk meningkatkan kompetensi nya dalam menggunakan teknologi untuk menunjang kegiatan belajar mengajarnya di dalam kelas. Banyak teknologi yang dapat diimplementasikan seorang guru dalam pembelajaran untuk mempermudah proses belajar dan evaluasi terhadap siswa di abad ke-21. Adapun teknologi tersebut, diantaranya :
1.      Presentasi
a.    Prezi
Dalam Wikipedia, “Prezi adalah sebuah perangkat lunak untuk presentasi berbasis internet (SaaS)”. Selain untuk presentasi, Prezi juga dapat digunakan sebagai alat untuk berbagi ide yang dimiliki dan dapat dituangkan secara virtual.

       b.  Emaze
 Dalam Puri H (2016), “Emaze adalah software presentasi online yang dibuat dengan teknologi html5. Penggunanya dapat membuat, menentukan dan membagikan presentasi mereka melalui cloud-based SaaSsystem”. Guru dapat menggunakan Emaze untuk membuat presentasi yang menarik untuk siswa. Tak hanya guru, siswa pun dapat menggunakan emaze untuk membuat presentasi dengan berbagai topik.

2.      Kelas Virtual
a.    Google Classroom 
Menurut Wikipedia, “Google Classroom (Ruang Kelas Google) adalah suatu perangkat pembelajaran campuran yang diperuntukkan terhadap setiap ruang lingkup pendidikan yang dimaksudkan untuk menemukan jalan keluar atas kesulitan dalam membuat, membagikan dan menggolong-golongkan setiap penugasan tanpa kertas”. Google Classroom selain itu mengontrol kelas, aplikasi ini pun dapat digunakan dalam evaluasi siswa.

b.    Edmodo
            =
Menurut Wikipedia, “Edmodo merupakan platform pembelajaran berbasis jejaring sosial yang diperuntukan untuk guru, murid sekaligus orang tua murid. Edmodo pertama kali dikembangkan pada akhir tahun 2008 oleh Nic Borg dan Jeff O’hara dan Edmodo sendiri bisa dibilang merupakan program e-learning yang menerapkan sistem pembelajaran yang mudah, efisien sekaligus lebih menyenangkan”. Edmodo sangatlah membantu proses pembelajaran karena edmodo dapat dengan mudah membangun kelas virtual berdasarkan pembagian kelas layaknya di sekolah. Desain tampilan yang dimiliki Edmodo hampir sama dengan desain tampilan Facebook. Selain itu, guru dapat mengirim tugas atau kuis untuk siswa dan dapat melakukan penilaian dengan mudah.

3.      Media Sosial
Menurut Wikipedia, “Media sosial adalah sebuah media daring, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blogjejaring sosial, forum dan dunia virtual”.  Siswa saat ini sudah tidak asing lagi dalam menggunakan sosial media, melihat akan hal ini guru pun harus memanfaatkan media sosial untuk diterapkan dalam pembelajaran. Contoh nya, dalam pengumpulan tugas sekolah siswa dapat mengumpulkannya melalalui media sosial berupa facebook, instgaram atau twitter. Dan jika pengumpulan tugasnya tersebut membutuhkan bukti atau langkah-langkah dalam pengerjaannya, siswa dapat meliputnya dan melakukan upload tugasnya di Youtube.

4.      Penilaian
a.    Plickers
Plicker membantu para pengajar melakukan penilaian secara formatif menggunakan kode. Perangkat yang dibutuhkan hanya tablet atau telepon pintar. Plickers bisa diunduh dari application store. Aplikasi Plickers juga dapat digunakan guru untuk memberikan soal pilihan ganda kepada siswa. Guru dapat mengajukan pertanyaan dan siswa diminta menahan jawabannya. Dengan pemindaian cepat, guru bisa mendapatkan tabulasi jawaban siswa di kelas. Plickers bisa digunakan untuk memeriksa apakah siswa benar-benar memahami materi atau tidak. Guru juga bisa tahu keperluan-keperluan siswa lewat Plickers.
  
b.    Zipgrade
ZipGrade adalah aplikasi penilaian dengan gradasi. Tidak perlu menunggu menggunakan mesin Scantron atau pemindai. Siswa dapat langsung menerima umpan penilaian dan melihat skor tes setelah mereka selesai mengerjakan soal. Aplikasi ini membantu para guru membuat dan mencetak tugas. Soal yang diberikan bisa langsung dipindai lewat ponsel pintar. Yang harus dilakukan adalah menyelaraskan kotak pada lembar gradasi dengan kotak pada aplikasi.

E.      Conclusion
Dari berbagai pengertian tentang kompetensi  pada guru maka dapat disimpulkan,  peningkatan kompetensi dalam menggunakan teknologi pada guru adalah kemampuan yang harus dimiliki dan dikuasai oleh guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengajarnya di abad 21 ini.
Penguasaan Teknologi kini menjadi bagian dari tuntutan kompetensi guru di abad 21, baik dalam penyusunan perencanaan, penyajian pembelajaran, evaluasi dan analisis hasil dari evaluasi. Sehingga setiap guru pada semua jenjang harus mampu menggunakan teknologi untuk pemenuhan tuntutan kompetensi tersebut.

F.       Bibliography
Anglin, Gary. (1995). Instructional Technology, Pat, Present, and Future.
Second Edition. Englewood-Corolado:Libraries unlimited, INC.
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. (2016). Komposisi Pengguna
Internet di Indonesia. [Akses, October 2018].
Daryanto & Karim. (20016). Pembelajaran Abad 21. Yogyakarta: Gava Media.
Ching & Siu. (2016). Professional Learning For 21st Century Education. Journal
Springer. Published online: 13 July 2016. Beijing Normal University 2016 J. Comput. Educ. (2017) 4(1):1–4 DOI 10.1007/s40692-016-0069-y
Darling, Linda., H. (2006). Constructing 21st Century Teacher Education. Journal
of Teacher Education, Vol. 57, No. X, Month 2006 1-15 DOI: 10.1177/0022487105285962.
E. Mulyasa. (2013). Standar Kompetensi Guru. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Faulkner, J., & Latham, G. (2016). Adventurous Lives: Teacher Qualities for 21st
Century Learning. Australian Journal of Teacher Education, 41(4).
http://dx.doi.org/10.14221/ajte.2016v41n4.9
Gloria & Julie (2016) dalam Adventurous Lives: Teacher Qualities for 21st
Century Learners. Australian Journal of Teacher Education. Vol 41, 4,
April 2016. This Journal Article is posted at Research Online.
http://ro.ecu.edu.au/ajte/vol41/iss4/9
Hanum. (2016). 15 Aplikasi yang Wajib Dipakai Guru Inovatif di Tahun Ajaran
Baru Ini!. [Online]. Tersedia: https://www.idntimes.com/life/career/
francisca-christy/15-aplikasi-canggih-yang-wajib-dipakai-para-guruinovatif-di-tahun-ajaran-baru-ini/full. [Akses, October 2018].
Helen, B. (2017). Smart Social Networking: 21st Century Teaching dan Learning
Skills. Research in Pedagogy, Vol. 7, Issue 1 (2017), pp. 21-29.
Original scientific paper. UDK: 37.012. DOI: 10.17810/2015.45. Creative Commons Attribution 4.0 International Licens
Howard, S. K. & Mozejko, A. (2015). Teachers: technology, change and
resistance. In M. Henderson & G. Romeo (Eds.), Teaching and Digital Technologies: Big Issues and Critical Questions (pp. 307-317). Port Melbourne, Australia: Cambridge University Press.
Junaidi (2015) dalam Upaya Meningkatkan Komptensi Guru Melalui Pendidikan
Dan Pelatihan. [Online]. Tersedia : https://bdksemarang.kemenag.go.id/upaya-meningkatkan-komptensi-guru-melalui-pendidikan-dan-pelatihan/. [Akses, October 2018]
Katherine McKnight, Kimberly O'Malley, Roxanne Ruzic, Maria Kelly Horsley,
John J. Franey & Katherine Bassett. (2016). Teaching in a Digital Age: How Educators Use Technology to Improve Student Learning. Journal of Research on Technology in Education, DOI: 10.1080/15391523.2016.1175856.
Koentjaraningrat. (1990). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Kornelius (2014) dalam Pendidikan Dan Pelatihan Guru Dalam Meningkatkan
Kualitas Pendidikan Di Smp Negeri 27 Sendawar Kabupaten Kutai Barat. eJournal Administrative Reform, 2014, 2 (3): 1811-1823 ISSN 2338-7637, ar.mian.fisip-unmul.ac.id.
Malik, S. (2013). Image Of An Effective Teacher In 21st Century Classroom.
Journal Of Educational And Instructional Studies  In The World. November 2013,  Volume: 3  Issue: 4  Article: 08  ISSN: 2146-7463
Mohammad Nadzir. (1998). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
McKnight, K., O’Malley, K., Ruzic, R., Horsley, M. K., Franey, J. J., & Bassett,
K. (2016). Teaching in a Digital Age: How Educators Use Technology to Improve Student Learning. Journal of Research on Technology in Education, 48(3), 194–211. doi:10.1080/15391523.2016.1175856
Partnership for 21st Century Skills. 1 Massachusetts Avenue NW Suite 700,
Washington, DC 20001. 21st Century Skills, Education & Competitiveness: A Resource and Policy Guide. Journal . http://www.p21.org/storage/documents/21st_century_skills_education_and_competitiveness_guide.pdf
Russel, Glen (2006). Information technology skills of Australian teachers:
implications for teacher education. Journal of Information Techology for
Teacher Education, 9:2, 149-166, DOI: 10.1080/14759390000200
Shufang dan Nance (2018). New Strategies for New Literacies: Digital Strategy
Backpack Samplers. Journal of Teaching and Learning with Technology, Vol. 7, No. 1, Spring 2018, pp. 1-24. doi:10.14434/jotlt.v7n1.23100
Sedarmayanti. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi
dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung : PT Refika Aditama.
Slameto. (2017). Peningkatan Kinerja Guru Melalui Pelatihan Beserta Faktor
Penentunya. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol 27, No.2, Desember 2017,  p-ISSN: 1412-3835; e-ISSN: 2541-4569.
Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Sukardi. (2007).  Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sutrisno, E. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Prenadamedia.
Syamsudin, S. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Pustaka
Setia.
Thieman, G. Y. (2008). Using technology as a tool for learning and developing
21st century citizenship skills: An examination of the NETS and technology use by preservice teachers with their K-12 students. Contemporary Issues in Technology and Teacher Education, 8(4), 342-366
UU RI No. 20 Tahun 2005. (2006). Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Bandung : Citra Umbara.
UU No. 14 tentang Guru dan Dosen dan PP No. 19 tahun 2005 pasal 28
Varank, Ilham. (2013). The Effects of Teachers’ Educational Technology Skills
on Their Classroom Management Skills. Journal Mevlana International
Journal of Education (MIJE). Vol. 3(4), pp. 138-146, 1 December, 2013.  .
Available online at http://mije.mevlana.edu.tr/
Vivian & Elizabeth. (2011). Teachers’ Use of Technology:  Lessons Learned from
the Teacher Education Program to the Classroom. SRATE Journal. Summer 2011, Vol. 20, Number 2.
Wikipedia. Pengertian Media Sosial. [Online]. Tersedia :
https://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial. [Akses, October 2018]
Wikipedia. Pengertian Edmodo. [Online]. Tersedia :  
https://id.wikipedia.org/wiki/Edmodo [Akses, October 2018]
Wikipedia. Pengertian Edmodo. [Online]. Tersedia :
https://id.wikipedia.org/wiki/Google_Classroom. [Akses, October 2018]
2018].
Zeid, M.. (2004). Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia.

Comments

Popular posts from this blog

Mulai menulis kembali . . .